Sejarah candi borobudur- Borobudur adalah
nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah
barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di
sebelah barat laut Yogyakarta.
Sebagai mantan dari tujuh keajaiban dunia, sejarah candi borobudur
dibangun dengan menggunakan +/- 55.000 m3 batu. Tinggi bangunan ini
sampai kepuncak adalah 42m, dengan lebar dasar 123 m. Tegak dan kokoh
menjulang keangkasa dan merupakan bagian dari sejarah yang telah berumur
12 abad. Kapan pastinya candi ini didirikan tidak diketahui dengan
pasti. Tidak adanya bukti-bukti tertulis menyebabkan Borobudur penuh
kegelapan.
Penentuan umur
dilakukan dengan memperhatikan dasar corak bangunan candi dan
ukir-ukirannya yang menunjukkan corak Jawa tengah abad 8 masehi. Sejak
dibangun pada abad ke 8, sejarah borobudur timbul tenggelam. Setelah
selesai dibangun, borobudur menjadi pusat penelitian dan pemngembangan
agama budha. Para pemeluk agama ini, mengunjungi Borobudur untuk
mempelajari agama budha.
Sejarah
Pembangunan Candi Borobudur
Diatas dikemukan sedikit kutipan
tentang sejarah candi borobudur, dan berikut ini adalah penjelasan
secara detail tentang candi borobudur dalam hal pembangunannya.
Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun
Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan
perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga
dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan
ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini
sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa
Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya.
Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan
benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun
825. Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di
Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai
penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan
prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu
Siwa.
Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran
Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa
Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di
perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari
Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir
bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur
diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal
sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.
Pembangunan candi-candi Buddha - termasuk Borobudur - saat itu dimungkinkan
karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha
untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran
menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk
pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan
Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka
tahun 778 Masehi.
Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno,
agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan
dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai
pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat
persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu - wangsa Syailendra yang
menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa - yang kemudian wangsa
Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko.
Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi
megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban
wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra,
akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan
kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra
juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar