Senin, 11 Maret 2013

SEJARAH KERATON/KERAJAAN SAMBAS-kalbar secara singkat

Dulu Sambas adalah sebuah kerajaan atau biasa di kenal dengan negeri Sambas yang dulu di pimpin oleh keluarga sultan.
kerajaan di bangun pada Tahun 1662 masehi.kerajaan sambas di puncak kejayaan pada Tahun 1757 masehi.Raden djamak yang bergelar Sultan Oemar aqqamaddin(II),naik tahta yang mengantikan ayahanda Sultan Abubakar kamaluddin keturunan Sultan Hasan ibnu syaiful rizal.
KERATON sambas di sebut juga istana "AlwatzikHoebbillah".
konon katanya Raja Sambas mempunyai saudara di brunei yang menjadi raja juga di sana,raja brunei memiliki darah keturunan cina,yang berarti raja sambas juga mempunyai darah keturunan cina.
Pada masa jepang masuk ke indonesia Sultan Muhmmad mulia Ibrahimdi bunuh oleh pasukan jepang yang Tewas di mandor.
lalu Sultan Tsafiuddin meninggal dengan keadaan sakit mungkin karna usianya yang sudah begitu tua,beliau juga di gelar sebagai Sultan tua,karna beliau paling lama menjabat sebagai Sultan.

Pada hari idul fitri keraton selalu ramai di kunjungi oleh wisatawan.
Karena kerajaan ini memiliki cendramata dari berajaan lain seperti di inggris , belanda , cina dan negara lainnya,bahkan keraton ini sudah masuk dalam sejarah inggris dan terkenal di dunia.

          Ini ada beberapa foto di dalam istana Sambas.



4 buah kaca .

2 buah pemberian dari ratu inggris.
2 buah pemberian dari belanda.






 foto-foto benda yang ada di ruang Tamu..termasuk 4 buah kaca besar di atas









foto-foto benda di dalam kamar Sultan..



tempat tidur Sultan
 

baju-baju Sultan


 dari cina


dari belanda

foto-foto benda di ruang tengah istana..







 


itu lah beberapa foto yang ada di dalam istana.

berikut

Makam Sultan Tsafiuddin..




















itu lah seputar informasi tentang sejarah di sambas- kalbar.

Kamis, 07 Maret 2013

ASAL USUL BUAH NAGA DAN KHASIATNYA

BUAH NAGA

Buah naga/Dragon fruit adalah buah yang  memang sangat menyerupai kulit naga.buah ini sejenis kaktus dari jenis Hylocereus dan Selenicereus,buah ini berasal dari meksico city,amerika tengah atau amerika selatan.
tapi sekarang buah ini tidak hanya ada di amerika,buah ini sudah di budidayakan di asia,seperti di Vietnam,Taiwan,Filipina,Malaysia Bahkan ada di Indonesia.buah ini di bawa ke asia oleh orang prancis pada tahun 1870 dari Guyana ke vietnam hanya untuk menjadi tanaman hias saja.
karna buah nya di anggap berkah oleh orang cina dan vietnam akhirnya buah ini di letakkan diantara 2 ekor naga hijau di meja altar.
warna merah yang mencolok di antara naga-naga hijau terlihat sangat indah.
dari kebiasaan kalangan orang vietnam yang terpengaruh budaya cina buah ini di kenal dengan thang loy(buah naga).
kemudian thang loy di terjemahkan di eropa dan negara-negara lain yang berbahasa inggris menjadi Dragon fruit.


Sebelum dapat buah nya tentu buah ini akan  berbunga dulu,bunga nya tumbuh beberapa hari tapi bunga nya cuma terbuka/menampakkan diri dalam 1 malam saja. menarik bukan??
bunga nya cukup cantik,anda bisa melihat di bawah
Setelah terbuka dalam 1 malam bunga ini akan tertutup kembali pada pagi nya.sungguh mengherankan bukan?.
setelah tertutup dalam beberapa hari bunga ini akan layu dan buah nya mulai nampak.
buahnya akan tumbuh dalam beberapa minggu dan akhir nya matang,seperti contoh di atas.
buah ini kalau ga salah memiliki 2 jenis,yang satu isi nya berwarna putih yang satunya berwarna merah.

Khasiat dari buah ini adalah sebagai pencegah radikal bebas,buah ini merupakan penghasil antioksidan yang baik,selain mencegah radikal bebas buah ini mempunyai banyak manfaat,salah satu nya adalah dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh karna buah ini mengandung banyak vitamin C.
buah ini di gemari oleh banyak masyrakat karna memang khasiat nya.buah ini begitu segar dan manis ada pula yang  sedikit asem.

cukup menarik bukan buah naga nya?
:)

Rabu, 06 Maret 2013

Sejarah candi borobudur

Sejarah candi borobudur- Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.

Sebagai mantan dari tujuh keajaiban dunia, sejarah candi borobudur dibangun dengan menggunakan +/- 55.000 m3 batu. Tinggi bangunan ini sampai kepuncak adalah 42m, dengan lebar dasar 123 m. Tegak dan kokoh menjulang keangkasa dan merupakan bagian dari sejarah yang telah berumur 12 abad. Kapan pastinya candi ini didirikan tidak diketahui dengan pasti. Tidak adanya bukti-bukti tertulis menyebabkan Borobudur penuh kegelapan.

 Penentuan umur dilakukan dengan memperhatikan dasar corak bangunan candi dan ukir-ukirannya yang menunjukkan corak Jawa tengah abad 8 masehi. Sejak dibangun pada abad ke 8, sejarah borobudur timbul tenggelam. Setelah selesai dibangun, borobudur menjadi pusat penelitian dan pemngembangan agama budha. Para pemeluk agama ini, mengunjungi Borobudur untuk mempelajari agama budha. 

Sejarah Pembangunan Candi Borobudur
Diatas dikemukan sedikit kutipan tentang sejarah candi borobudur, dan berikut ini adalah penjelasan secara detail tentang candi borobudur dalam hal pembangunannya.

Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya.

Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825. Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa.


Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.


Pembangunan candi-candi Buddha - termasuk Borobudur - saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi.


Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu - wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa - yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko.


Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.